/2 Kaldera

Tetes hujan, runtuh dengan begitu derasnya
Menumbuk bumi dengan ribuan rahmat-Nya
Ditampung sebuah wadah alam
Tercipta dari cekungan yang memangkok
Diantara megahnya gunung-gunung yang ditegakkan

Kubangan yang lantas memasam
Kaya akan mineral asam alam
Tuhan tahu, bilamana makhluk-Nya butuhkan
Menjadi obat, menjadi penawar, sumber kekayaan

Ribuan tahun, Ijen Purba memecah
Atas kuasa, serta kearifan
Muntahkan tanah dan bebatuan
Lahar dan lava, memadat memagar

Temuilah di setiap genggaman pasir dan tanah
Parang Ireng, Watudodol, Teluk Ijo, Pulau Merah
Saksikanlah bukti kebesaran-Nya
Di setiap pemandangan
Lava Blawan, Plalangan, Sembulungan
Hiruplah aroma yang kelak dirindukan
Di tengah Kawah Ijen, Kawah Wurung dan Kalipait

Bahwa setiap detik, dimana bumi dipijak
Tak akan segan, wujudkan segala keindahan
Kekayaan, kesederhanaan, bahkan kerumitam
Di setiap mili, milyaran ciptaan

Ranah Upaya, 9 Juli 2024

/1 Memeluk Alam

Gunung-gunung yang berjalan
Seperti awan yang dihembuskan
Dibawah langit tanpa tonggak
Tak runtuh, seperti tanpa atap

Bagaimana bila?
Tuhan bukanlah Maha Sabar
Melihat keangkuhan
Atau senonoh merusak alam
Pantaskah manusia ingkar akan fitrahnya?

Perut bumi yang kian menghujam
Meluapkan isi dan bebatuan alam
Bukanlah Tuhan tak lagi sayang
Lahar panas, kemudian menjadi ujian
Selebihnya justru ia menyuburkan

Alam sungguh tak bosan
Meminta akhiri segala kelakuan
Bila bukanlah iradah Tuhan
Bagaimana jadikan hasil alam
Tanah tandus, tumbuhkan pohon rindang
Batu alam, layak jadi sumber mineral
Air laut yang tak akan habis ditelan
Menjadi tinta pengetahuan?

Peluklah alam
Mencintainya, sepenuh hati dan sayang
Sebagai sesama ciptaan
Di bawah naungan awan
Senantiasa panjatkan pujian
Kuasa Tuhan, tak serta merta hancurkan
Bila amarah tak disulut oleh rayuan insan

Tidakkah kita memikirkan?

Ranah Upaya, 9 Juli 2024